Gunung Nemrut Bersemayam Kepala Dewa-Dewa

Penasaran melihat situs kuno yang menakjubkan ini? Wisatawan bisa menempuh perjalanan sekitar 40 km ke sebelah utara Kahta, Provinsi Adiyaman. Gunung Nemrut merupakan bagian dari deretan Pegunungan Taurus di lembah Sungai Firat (Euphrates) dan padang rumput di lingkup perbatasan Desa Karadut dengan Kahta.


Gunung Nemrut merupakan salah satu destinasi wisata yang paling menarik di Turki. Pada puncak gunung yang berada di ketinggian 2.206 mdpl, terdapat puing reruntuhan Kerajaan Commagene. Kerajaan Commagene adalah sebuah kerajaan kuno dari Zaman Helenistik.

Alam pegunungan seringkali memberikan kejutan untuk para pendakinya. Gunung Nemrut, Turki salah satunya. Wisatawan bisa melihat situs peninggalan Kerajaan Commagene, berupa patung-patung kepala dewa dan raja-raja Commagene. Penasaran?

Puncak Nemrut merupakan tempat reruntuhan Kerajaan Commagene yang dibangun pada abad 1 SM. Reruntuhan tersebut berupa makam Raja Antiochus I, wilayah suci yang dihiasi dengan patung-patung, relief, dan prasasti beberapa raja Kerajaan Commagene dan dewa.

Struktur peninggalan kerajaan kuno yang bisa wisatawan lihat di sini terbuat dari lempengan batu besar yang membentuk seperti piramida. Situs ini memiliki dua bagian, yaitu timur dan barat. Pada kedua bagian ini terhampar situs-situs dari batuan berbentuk singa, elang, lima patung raksasa berupa dewa, patung laki-laki, dan patung perempuan. Bahkan patung-patung ini sudah masuk dalam Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO.

Di bagian timur, traveler bisa melihat makam King Antiochus I Theos yang menjadi salah satu raja Commagene. Makam ini dikelilingi oleh patung-patung besar, seperti dua singa dan dua elang. Selain itu juga ada patung dewa-dewa, yaitu Hercules-Vahagn, Zeus-Aramazd atau Oromasdes, Tyche, dan Apollo-Mithras. Uniknya, sebagian besar patung-patung ini hanya berbentuk kepalanya saja.

Pada bagian ini juga, wisatawan akan melihat sebuah jalan berbentuk lorong yang masih terpelihara dengan baik. Jalan ini tersusun dari lapisan bebatuan yang menghubungkan teras timur dan barat. Saat berada di teras bagian barat, terdapat lempengan besar dan patung singa yang menunjukkan susunan bintang dan planet Jupiter, Merkurius dan Mars pada 62 SM. Patung ini diperkirakan menjadi pertanda pembangunan monumen ini dimulai.

Penasaran dan ingin berkunjung ke puncak Gunung Nemrut? Sangat dianjurkan, wisatawan datang antara tanggal 15 Mei dan 15 Oktober karena ini merupakan waktu terbaik untuk melakukan perjalanan di Gunung Nemrut. Untuk menuju destinasi tersebut, wisatawan bisa menyewa kendaraan dari Adiyaman atau Kahta.

Salah satu kegiatan favorit wisatawan saat berada di puncak GUnung Nemrut adalah menonton matahari terbit dan terbenam. Oleh karena itu, jangan lupa untuk mencari spot asyik dan menyiapkan kamera untuk mendapatkan panorama terbaik. Selain reruntuhan Kerajaan Commagene, puncak Nemrut juga terkenal dengan pemandangannya yang mampu membuat traveler berdecak kagum.

Bagian timur terpelihara dengan baik, yang tersusun dari beberapa lapisan batuan, dan sekaligus sebuah jalan mengikuti kaki gunung merupakan bukti lintasan berdinding yang menghubungkan teras timur dan barat. Penggunaan yang mungkin untuk situs ini dianggap menyertakan upacara keagamaan, karena sifat astronomi dan keagamaan dari monumen.

Kelakar Dalam Pantun Melayu Kuansing

Pantun memang bisa masuk kedalam segala lini kehidupan, seperti yang saya ceritakan dalam tulisan Mengenal Tuah Pantun Melayu. Pantun dalam segala aspek kehidupan itu juga termasuk Humor dalam Pantun Melayu atau sering dikenal dikalangan Orang Melayu yaitu Pantun Kelakar. Namun Pantun Melayu Sebagai Karya Sastra Klasik itu telah mulai pudar dikalangan anak muda Melayu, Khususnya di Riau, kita sudah jarang melihat karya-karya sastra yang memuat pantun-pantun kelakar atau cerita-cerita lucu.

Sebagian besar karya sastra yang lahir dari sastrawan-sastrawan Riau, baik itu berbentuk puisi, prosa, maupun drama cenderung berisi kepedihan-kepedihan yang jauh dari unsur lucu. Bisa jadi hal tersebut diakibatkan situasi dan kondisi kehidupan masyarakat Riau, yang sering tercermin dalam karya sastra, yang tidak menggembirakan. Menjadi korban ketidakadilan pemerintah pusat dan berbagai persoalan di daerah yang juga sangat memusingkan dan memprihatinkan, tidak habis-habisnya memunculkan karya-karya luka.


Padahal menurut Hasan Junus, sebuah penelitian asing pada abad ke-18 menyebutkan bahwa salah satu ciri orang Melayu adalah periang dan suka melucu (Berdaulat, Juli-September 2000, hal. 7). Tradisi ini sebenarnya sudah pula diteruskan oleh M. Kasim dan Soeman Hs. melalui karya-karya prosa mereka. Seharusnyalah dengan keadaan yang demikian, di Riau lahir karya-karya yang humoris, yang bahkan sanggup menertawakan kepedihan dan luka yang dialami.


Walaupun karya sastra di Riau dewasa ini tidak banyak yang bersifat lucu, tetapi karya-karya sastra lama Melayu Riau ternyata cukup banyak memiliki unsur-unsur humor. Beberapa yang patut dicatat, seperti cerita Pak Belalang, Yong Dolah, Pak Pandir, dan sebagainya.


Di Rantau Kuantan, yaitu daerah yang sekarang termasuk ke dalam kabupaten Kuantan Singingi, dikenal karya, seperti randai yang kental unsur humornya. Demikian pula dengan pantun yang sampai sekarang masih hidup di dalam masyarakat. Beberapa pantun, terutama yang bersifat sosial budaya kerap memuat unsur humor dan beberapa di antaranya akan dibahas dalam tulisan ini


Ditutuah buluah botuang badotak-dotak
Ayam bakukuak di bawah dapuar
Sangek baruantuang urang pokak
Mariam babunyi enyo tatiduar

(ditebang buluh betung berdetak-detak
ayam berkokok di bawah dapur
sangat beruntung orang pekak
meriam berbunyi dia tertidur)


Pantun di atas memang tidak serta merta membuat orang yang mendengarnya tertawa terbahak, yang ada barangkali hanya tersenyum simpul. Akan tetapi, sebuah sastra lucu memang tidak harus membuat orang tertawa terbahak-bahak (Berdaulat, Juli—September 2002). Hal ini berbeda dengan cerita lucu yang hanya mementingkan kejenakaan semata. Sastra lucu atau sastra yang mengandung humor, selain membuat orang tertawa atau tersenyum, haruslah pula mengandung pesan-pesan yang berguna bagi yang membaca atau mendengarnya, seperti yang dikatakan Hasan Junus dan Sapardi Djoko Damono. Pendapat senada diungkapkan pula oleh Mahmud dkk. (1994:3) di dalam penelitiannya Humor di dalam Sastra Klasik Sulawesi Selatan bahwa suatu gejala humor yang bagus, selain harus dibawakan dengan lucu, harus pula membawa suatu pesan.


Sepintas lalu pantun tersebut menertawakan dan menyindir kemalangan orang-orang cacat. Menurut teori humor superioritas, yang dikembangkan oleh Dunlup (1925) Leacock (1935) Rapp (1947) (Goldstein dan McGhee via Yunus dkk., 1997:7), humor memang dapat terjadi karena adanya “kelebihan” atau keunggulan atas orang atau pihak lain. Kegembiraan akan timbul bila seseorang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih tidak menguntungkan posisinya, misalnya karena lebih bodoh, jelek, lemah, dan sebagainya. Suhardi via Yunus dkk. (1997:2) di dalam bukunya Jenis dan Fungsi Humor dalam Masyarakat Aceh, menganggap humor itu merupakan tingkah laku yang “agresif”; dalam humor pasti ada yang “dikorbankan” (diejek, direndahkan, atau dihina).


Di dalam pantun di atas, kemalangan orang-orang cacat tersebut memang dapat mengundang kelucuan bagi yang mengucapkan dan mendengarkannya, kecuali yang disindir, tentu saja. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih jauh, pantun tersebut tidak hanya sekadar mengundang kelucuan dan tawa saja. Pantun-pantun tersebut menyampaikan pesan yang mendalam bahwa keadaan yang cacat sekalipun patut disyukuri karena dengan kecacatannya tersebut ada manfaat atau kelebihan yang mereka punyai yang tidak dipunyai oleh orang yang sempurna secara fisik. Pada pantun di atas disebutkan bahwa orang yang pekak (tunarungu) dapat beristirahat (tidur) dengan tenang tanpa harus terganggu oleh suara-suara bising yang berada di sekitarnya, bahkan bila suara yang bising itu adalah meriam yang tentu sangat keras suaranya.
Perhatikan pula pantun berikut.


Buluah botuang ditobang rato
Banyak tacampak dalam ayiar
Sangek baruantuang urang buto
Indak nampak urang mancibiar

(buluh betung ditebang rata
banyak tercampak dalam air
sangat beruntung orang buta
tidak nampak orang mencibir)


Pada pantun ini, humor dibangun masih dengan memanfaatkan kesuperioritasan si pembuat/pengucap pantun dari orang-orang cacat. Akan tetapi, lagi-lagi kecacatan, dalam hal ini kebutaan, dianggap sesuatu yang patut pula disyukuri karena mereka tidak tahu ketika mereka dicibir oleh orang lain. Ketidaktahuan ini justru berakibat baik karena membuat hubungan antara si pencibir dan orang yang dicibir menjadi tidak terganggu atau lebih buruk.


elok tumbuahnyo asam balimbiang
tumbuahnyo dokek batang mangga
sungguah elok babapak sumbiang
kalau bongi golak juo

(elok tumbuhnya asam belimbing
tumbuhnya dekat batang mangga
sungguh elok berbapak sumbing
kalau marah gelak juga)


Mempunyai orang tua (bapak) yang cacat, sumbing misalnya, tentulah bukan hal yang menggembirakan atau membanggakan, bahkan keadaan yang demikian dapat menjadi bahan cemoohan dan gurauan bagi orang lain. Kesan itu pula yang mula-mula tampak pada pantun ini sehingga orang yang dijadikan gurauan atau orang yang punya orang tua dengan kondisi yang demikian di dalam pantun ini dapat saja tersinggung. Akan tetapi, ada hal yang dianggap menguntungkan dari kondisi bapak yang sumbing bagi si anak, yaitu wajah bapak dianggap tidak akan pernah terlihat marah atau bengis dan selalu tertawa.


Masih mengenai orang yang tidak sempurna secara fisik, pantun selanjutnya berbicara mengenai orang yang mempunyai kaki yang pendek atau lebih dikenal dengan istilah cebol. Kondisi tubuh yang cebol memang menyulitkan, terutama untuk melakukan beberapa pekerjaan yang menghendaki tubuh yang tinggi, seperti mengambil barang yang terletak di atas lemari, memperbaiki atap dan sebagainya. Keadaan ini diperburuk pula oleh anggapan orang yang berlaku umum, yaitu bahwa tinggi merupakan salah satu syarat bagi suatu “kesempurnaan” fisik. Akan tetapi, di dalam pantun ini orang yang mempunyai kaki pendek dianggap mempunyai keuntungan dapat menyuruk di bawah dada. Menyuruk di bawah dada sendiri dapat menimbulkan senyum karena asosiasi yang kemudian muncul di pikiran pendengar atau pembaca, asosiasi yang menjurus pada hal yang bersifat sedikit porno. Pengungkapan kepornoan tersebut memang tidak dibuat secara langsung berhubungan dengan hal-hal yang tabu, namun humor ini yang diungkapkan melalui pantun berikut, dapat dianggap mengikuti teori tabu atau teori kelepasan.


burung puyuah bakaki pendek
copek manyuruak di bawa lado
sangek baruntuang bakaki pendek
dapek manyuruak di bawa dado

(burung puyuh berkaki pendek
cepat menyuruk di bawah lada (=cabe)
sangat beruntung berkaki pendek
dapat menyuruk di bawah dada)


Sedikit berbeda dengan pantun-pantun sebelumnya, pantun di bawah ini, unsur humor dibuat dengan ketidaklogisan perbuatan yang dilakukan oleh tokoh yang ada di dalam pantun. Perbuatan memberi makan ke dalam sangkar yang burung di dalamnya sudah mati, tentu saja menimbulkan kelucuan, sebab hal tersebut merupakan perbuatan yang tidak masuk akal dan sia-sia. Akan tetapi, pantun tersebut tidak hanya menimbulkan kelucuan saja. Ada pesan luhur yang ingin disampaikan. Mengartikan makna pantun di atas tidak bisa secara harfiah. Artinya, yang dimaksud di dalam pantun tersebut bukanlah pemberian makan pada sangkar yang kosong. Pantun tersebut lebih pada kiasan mengenai orang yang kehilangan istri, yang karena kecintaan dan kesetiaannya pada sang istri membuat sang suami tetap selalu mengingatnya, walaupun sudah meninggal sekian lama.


La tigo bulan kami kamari
Elok la makan baduo-duo
La tigo bulan burung den mati
Sangkar den bori makan juo

(Sudah tiga bulan kami ke mari
Eloklah makan berdua-dua
Sudah tiga bulan burung saya mati
Sangkar diberi makan jua)


Humor memang tidak hanya berfungsi sebagai pemancing tawa dan senyum atau penghibur hati belaka. Dibalik perilaku humor yang terkadang sadis, seperti tampak pada beberapa pantun di atas, terkandung saran dan pesan untuk melihat segala kekurangan yang ada dengan sikap positif. Dengan demikian, akan muncul rasa syukur kepada Allah terhadap apa pun yang ditimpakan-Nya pada kita.


(Ditulis Oleh Yulita Fitriana dan pernah dimuat di Majalah Sagang)
Trackback: International World Music Festival 2010

Tari Somba Cerano

Somba Cerano Dance Culture Kuansing

Tari Pasambahan disebut Somba Cerano dari Budaya Kuansing dikograferi (diciptakan) oleh Tom Ibnur dari koreogfer handal dan profesional dari Kota Bengkulu. Pengalaman membuktikan menari dan menciptakan sebuah pengalaman dengan tarian festival terus mengikuti tingkat nasional dan internasional.

Tom tidak pernah menghadiri kuliah jurusan Ibnur Dance Indonesia Art College (STSI), sekarang telah berubah status dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang saat ini berada di Kota Bengkulu.

Cerano Somba Tari adalah tarian selamat datang dan selamat upacara untuk para tamu yang dihormati dan dimuliakan. Para penari laki-laki yang menari tarian pedang adalah simbol negara sebagai pagar, melindungi masyarakat dan pengunjung. Sementara wanita penari menari dan membawa Prakata Cerano yang berisi akan ditawarkan kepada para tamu. Dedikasi adalah simbol keterbukaan, persaudaraan, dan penerimaan dengan hati yang murni dan tulus.

Instrumen yang digunakan dalam Somba Cerano Dance
~ Accordion,
~ Violin,
~ Senjata api A,
~ Jimble,
~ Kotuak-kotuak,
~ Gong.

Latar belakang musik yang digunakan diambil dari Kuansing Seni Musik Budaya meliputi:
* Weave,
* Bint Olang,
* Lomak Dek Awak Ketuju dekUrang

Ribuan Kalelawar Ada Dipulau Ini

Walaupun masuk ke dalam Kabupaten Sorong, Pulau Kelelawar berjarak cukup jauh. Anda harus menempuh perjalanan selama 3 jam menggunakan kendaraan bermotor dari Sorong menuju Pantai Makbon. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan perahu mesin selama 20 menit.




Sesampainya di Pulau Kelelawar, Anda jangan heran jika banyak sekali hewan malam yang menggantung di ranting-ranting pohon. Pada siang hari, mereka menggantung di sana. Sepintas pemandangan tersebut seperti buah di pohon yang sudah busuk dan berwarna hitam. Namun saat dilihat lebih seksama, ternyata itu adalah ratusan kelelawar.

Pada sore hingga malam hari hewan ini mulai aktif. Mereka akan mencari makan di sekitar pulau dan kembali lagi saat matahari terbit. Anda tidak perlu takut, sebab selama tidak mengganggunya, Anda akan aman.

Bertemu kelelawar saat wisata pulau nampaknya bukan hal yang aneh lagi. Seperti saat traveling ke Sorong, Papua Barat, ada pulau yang dihuni oleh hewan malam tersebut. Tidak hanya satu, tapi ada ribuan!

Sudah bukan rahasia jika Indonesia bagian timur punya alam yang indah. Dari gunung sampai bawah lautnya mampu memanjakan wisatawan. Tak terkecuali dengan wisata pulau di Makbon, Sorong, Papua Barat yang dihuni oleh ribuan kelelawar. Bahkan saking banyaknya, tempat ini dikenal dengan nama Pulau Kelelawar.

Pacu Jalur di Kuantan Singingi

Pacu jalur>>Jalur adalah sampan berukuran panjang (Long Boat Race) 25-40 M, proses pembuatan Jalur ini dimulai dari musyawarah dan mufakat masyarkat untuk mencari kayu ke hutan. Penebangan kayu harus yang memenuhi persyaratan, baik besar kayu, panjang kayu, umur kayu, dan bahkan dinilai dari marwah kayu itu sendiri yang berada disekitar hutan. Setelah penebangan kayu dilaksanakan, kayu dibentuk setengah jadi dan selanjutnya diangkut kedesa dan dilanjutkan setelah sesampainya di desa dan siap untuk dilayur (diasapi).

Dalam proses pengasapan jalur tadi, masyarakat yang punya hajatan disuguhkan makanan khas Kuantan Singingi dan diselingi dengan kegiatan kesenian tradisonal. Pacu jalur merupakan pesta Budaya Rakyat yang dilaksanakan tanggal 21-24 Agustus setip tahunnya. Pesta budaya rakyat ini telah menjadi Event Nasional dan diikuti oleh Kabupaten-Kota se-Propinsi Riau, Propinsi tetangga, bahkan diikuti oleh negara jiran Malaysia, Brunei dan Singafore. Antusias pengunjung sangat tinggi untuk menyaksikan Pacu Jalur, apalagi kalau ada yang diunggulkan. Disamping nilai budaya yang sangat unik, baik entuk Jalur, cara memacukan mempunyai makna dan harus didukung stamina yang prima. Cerita lebih lanjut tentang Pacu Jalur bisa anda baca di Pacu Jalur Kuantan Singingi

NanLimo Pemuda Cinta Wisata dan Budaya

Pekanbaru Riau adalah hasil buah tangan nanlimo, beliau dalah seorang pemuda nan kreatif memperkenalkan wisata dan budaya riau di ranah maya. salud buat nanlimo dan selamat atas di launchingnya www.sungaikuantan.com sabtu lalu.

semoga semakin jaya diranah maya. Nanlimo putra kuantan singingi ini sedang menyelesaikan massa studinya di Universitas Riau. walau sibuk dengan kuliahnya, namun dia masih menyempatkan diri membenahi blog nya tentang wisata dan budaya riau ini. sekalai lagi... salud dah..................

Berharap dengan adanya blog ini Wisata, Seni dan Budaya Riau bisa dipromosikan di ranah maya. Karena kalau hanya mengandalkan pemerintah semata maka kita akan makan hati. Sepantasnyalah para blogger turut serta dalam mempromosikan wisata, seni dan budaya daerahnya masing-masing. Dalam hal ini adalah wisata seni dan budaya provinsi riau.

Saat ini dunia maya adalah pasar yang strategis untuk memasarkan suatu produck. Apapun itu producknya. Marilah kita manfaatkan pasilitas yang ada ini. Keep Spirit..Keep Blogging.. :D